Sekilas Tentang Hukum Karma
Hukum karma berlaku di mana saja, baik di rumah tangga maupun di sebuah negara, bahkan di jalan raya sekalipun. Tidak ada fenomena kehidupan tanpa landasan hukum, kalau tidak maka tatanan masyarakat akan kacau balau. Demikian juga alam semesta dan segala isinya, ternyata dilandasi dan diliputi oleh kaidah-kaidah hukum universal yang sistematis.
Seluruh tata-surya dan bintang-bintang dan sebagainya harus mematuhi hukum-hukum orbit, rotasi, gravitasi, dan seterusnya sesuai dengan kaidah yang dirancang Arsitek Yang Maha Kuasa, Sang Perancang Jagat-Raya ini. Yang lahir harus mati, yang mati harus lahir kembali. Demikian juga dengan siklus musiman yang silih berganti dan datang dan pergi, lagi dan lagi. Secara misterius kita semua berevolusi dan hidup berdasarkan hukum-hukum alam yang disebut Hukum Karma ini. Seisi semesta diliputi oleh hukum karma,apapun yang anda tanam, maka hal yang sama juga akan anda dapatkan.
Demikian hukum karma ini terdiri dari :
1. Aksi dan reaksinya.
2. Sebab dan akibatnya.
3. Usaha (upaya) dan hasilnya (nasibnya).
Kesemua fenomena di atas bersifat sama rata dan saling bertentangan pada saat yang sama.
Hukum Karma Sumber Kebahagiaan
Menurut hukum karma, setiap perbuatan yang dilakukan baik melalui tubuh, ucapan, maupun pikiran, akan menimbulkan akibat yang sesuai dengan perbuatan tersebut. Kebaikan akan menghasilkan kebahagiaan sedangkan ketidakbajikan akan menghasilkan penderitaan.
Suatu perbuatan dinilai baik atau buruk berdasarkan motivasi yang melandasi perbuatan tersebut. Bila motivasinya adalah hal-hal yang positif seperti belas kasih, keyakinan, rasa hormat, dsb, maka perbuatan itu merupakan kebaikan. Sebaliknya bila motivasinya adalah hal-hal yang negatif seperti iri hati, kebencian, kesombongan, atau keserakahan, maka perbuatan tersebut merupakan ketidakbajikan.
Oleh karena setiap saat kita selalu melakukan aktivitas – apakah dengan tubuh, ucapan, atau pikiran – maka sesungguhnya setiap saat kita selalu membuat karma, yang akibatnya akan berbuah di kemudian hari. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, apakah itu kebahagiaan atau pun penderitaan, sebenarnya berasal dari perbuatan kita sendiri di masa lampau.
Bukan disebabkan oleh sesuatu yang berada di luar diri kita. Keyakinan terhadap hukum karma sangatlah penting, karena ini merupakan landasan bagi seseorang untuk menghindari penderitaan dan memperoleh kebahagiaan. Bila seseorang meyakini hukum karma, ia tidak akan melakukan ketidakbajikan, sekalipun hal itu tidak diketahui orang lain. Karena ia sadar bahwa itu hanya akan menimbulkan akibat buruk yang harus dipertanggungjawabkannya di kemudian hari. Sebaliknya ia akan berusaha keras untuk melakukan kebaikan, karena ia sadar sepenuhnya itulah yang akan memberinya kebahagiaan di kemudian hari.
Jadi untuk memperoleh kehidupan yang bahagia dan bebas dari derita, seseorang perlu menyelaraskan perbuatannya dengan hukum karma: menghindari ketidakbajikan dan hanya melakukan hal-hal yang baik saja.
Aspek-Aspek Umum Karma dan Akibatnya
Setiap karma yang dilakukan seseorang, baik yang positif maupun yang negatif, mempunyai empat aspek umum Kepastian hukum karma. Hanya ada kebahagiaan yang berasal dari kebaikan, dan hanya ada penderitaan yang dihasilkan ketidakbajikan. Kebaikan tidak akan menghasilkan penderitaan, dan ketidakbajikan tidak akan menghasilkan kebahagiaan
Karma berkembang pesat. Sifat kedua dari karma adalah berlipat ganda dengan sangat cepat. Jika hari ini kita menghasilkan karma baik dengan melakukan suatu kebaikan, keesokan harinya secara otomatis karma tersebut akan berlipat dua, keesokan harinya lagi akan berlipat empat, dan seterusnya. Proses ini berjalan tanpa henti, asalkan tidak ada sesuatu yang terjadi dalam selang waktu tersebut yang menetralkan karma itu, mengubahnya menjadi steril dan menghentikan pelipatgandaannya.
Kita tidak akan mengalami akibat dari perbuatan yang tidak kita lakukan. Misalnya, dalam suatu kecelakaan pesawat, lebih dari 300 orang meninggal dan hanya ada satu atau dua orang yang selamat. Hal ini dapat dipahami dengan baik berdasarkan hukum karma. Mereka yang meninggal dalam kecelakaan pesawat itu memiliki karma untuk meninggal pada hari itu, tetapi mereka yang selamat tidak menciptakan karma untuk meninggal pada saat itu. Karma yang menentukan kematian mereka belum saatnya matang, jadi mereka selamat.
Suatu perbuatan yang telah dilakukan tidak akan hilang begitu saja. Sekali karma telah dilakukan, ia akan tetap bertahan selama ribuan tahun, bahkan selama banyak masa kehidupan jika diperlukan, sampai muncul kondisi-kondisi yang akan mematangkan karma tersebut. Dengan demikian kita pasti akan mengalami akibatnya, kecuali bila terjadi sesuatu yang merintangi, menghalangi, dan mengagalkan karma itu untuk berbuah
Akibat-Akibat Karma
Terdapat tiga macam akibat karma yang dapat dialami seseorang. Akibat yang masak sepenuhnya. Untuk karma yang negatif, ada tiga macam akibat yang masak sepenuhnya. Bila ketidakbajikan seseorang itu ringan, ia akan terlahir kembali sebagai binatang, bila sedang ia akan terlahir sebagai preta (hantu kelaparan), dan bila ketidakbajikannya berat ia akan terlahir kembali di neraka.
Akibat yang berkaitan dengan penyebabnya. Ada dua variasi:
(a) tindakan yang serupa dengan penyebabnya, yaitu kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang sama. Misalnya, akibat mencuri, seseorang mempunyai kecenderungan untuk mencuri lagi;
(b) pengalaman yang serupa dengan penyebabnya. Misalnya, ketika membunuh kita menyebabkan suatu makhluk menderita dengan memperpendek hidupnya. Sebagai akibatnya, kita juga akan berusia pendek.
Akibat yang menentukan alam kehidupan. Jenis akibat yang ketiga ini menentukan kondisi alam kehidupan akan yang kita tempati. Misalnya, karena membunuh, seseorang akan terlahir di suatu tempat yang makanannya tidak bergizi dan ketika ia sakit obat-obatan tidak akan dapat menyembuhkannya.