UPAYA UNTUK MELAKSANAKAN KRIYAMAN KARMA
Kriyaman Karma adalah karma (pelaksanaan) sehari-hari demi jalannya kehidupan sebagai manusia awam. Namun pelaksanaannya maupun motif pekerjaan dapat berbeda-beda sesuai gunas masing-masing. Misalnya :
1. Seorang satvika melaksanakan berbagai kegiatan sehari-hari penuh kesadaran dan niat-niat suci, pikiran yang bersih tanpa disertai pamrih. Ia tidak perduli akan pahala, semuanya dipasrahkan kembali ke Yang Maha Esa.
2. Sedangkan seorang rajasika, melaksanakan berbagai tindakan sehari-hari dengan mengharapkan keuntungan bahkan doa-doanya penuh pamrih. Tidak henti-hentinya ia berusaha demi memenuhi segala hasrat-hasratnya.
3. Sedang seorang tamasika tidak akan bekerja tanpa ada imbalan terlebih dahulu. Kalaupun ia bekerja, sudah pasti motifnya buruk. Tanpa sadar ia merusak dan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Keterangan :
1. Untuk kasus pertama di atas, ada sebuah contoh seorang dokter yang merawat pasien-pasiennya dengan baik walaupun imbalannya amat sedikit. Sang dokter ini lebih bahagia kalau pasiennya lebih cepat sembuh tanpa malpraktek.
2. Untuk kasus kedua di atas, contohnya adalah seorang dokter rajasik yang tidak mau kompromi soal tarif. Ia memiliki harga mati, tidak perduli pasien mampu atau tidak karena motif pekerjaannya tidak dilandasi oleh perikemanusiaan. Ia lebih bersifat komersil dan hanya mencari untung belaka.
3. Sedangkan dokter yang tamasika tidak akan memeriksa pasiennya sebelum ada jaminan dibayar dulu. Iapun tidak segan-segan melakukan malpraktek demi pemuasan nafsu duniawinya.
Semua dokter di atas mendapatkan bayarannya masing-masing namun dari Kriyaman Karmanya akan berbeda-beda. Demikian juga berbagai sifat-sifat ini biasanya hadir pada berbagai profesi lainnya seperti pedagang, guru, karyawan, pejabat negara, pendeta dsb.
Kriyaman Karma adalah karma (pelaksanaan) sehari-hari demi jalannya kehidupan sebagai manusia awam. Namun pelaksanaannya maupun motif pekerjaan dapat berbeda-beda sesuai gunas masing-masing. Misalnya :
1. Seorang satvika melaksanakan berbagai kegiatan sehari-hari penuh kesadaran dan niat-niat suci, pikiran yang bersih tanpa disertai pamrih. Ia tidak perduli akan pahala, semuanya dipasrahkan kembali ke Yang Maha Esa.
2. Sedangkan seorang rajasika, melaksanakan berbagai tindakan sehari-hari dengan mengharapkan keuntungan bahkan doa-doanya penuh pamrih. Tidak henti-hentinya ia berusaha demi memenuhi segala hasrat-hasratnya.
3. Sedang seorang tamasika tidak akan bekerja tanpa ada imbalan terlebih dahulu. Kalaupun ia bekerja, sudah pasti motifnya buruk. Tanpa sadar ia merusak dan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Keterangan :
1. Untuk kasus pertama di atas, ada sebuah contoh seorang dokter yang merawat pasien-pasiennya dengan baik walaupun imbalannya amat sedikit. Sang dokter ini lebih bahagia kalau pasiennya lebih cepat sembuh tanpa malpraktek.
2. Untuk kasus kedua di atas, contohnya adalah seorang dokter rajasik yang tidak mau kompromi soal tarif. Ia memiliki harga mati, tidak perduli pasien mampu atau tidak karena motif pekerjaannya tidak dilandasi oleh perikemanusiaan. Ia lebih bersifat komersil dan hanya mencari untung belaka.
3. Sedangkan dokter yang tamasika tidak akan memeriksa pasiennya sebelum ada jaminan dibayar dulu. Iapun tidak segan-segan melakukan malpraktek demi pemuasan nafsu duniawinya.
Semua dokter di atas mendapatkan bayarannya masing-masing namun dari Kriyaman Karmanya akan berbeda-beda. Demikian juga berbagai sifat-sifat ini biasanya hadir pada berbagai profesi lainnya seperti pedagang, guru, karyawan, pejabat negara, pendeta dsb.
Posting Komentar