BUDAYA ILMU GHOIB DAN KHODAM

Rabu, 23 Januari 2013 · Posted in , , ,

Budaya Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam
Dunia keilmuan gaib terbagi dalam 2 penggolongan besar, yaitu keilmuan yang berlatar belakang pengolahan potensi diri (kebatinan / spiritual, tenaga dalam, kekuatan pikiran seperti hipnotis, dsb) dan yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam. Keilmuan gaib (perbuatan-perbuatan ajaib) bisa dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya praktisi ilmu gaib dan yang memiliki khodam ilmu mahluk halus, tetapi juga para praktisi tenaga dalam, kebatinan dan spiritual (dalam hal ini kekuatan gaibnya berasal dari tenaga dalam dan sukma mereka sendiri).
Ilmu gaib dan ilmu khodam sudah banyak digunakan di berbagai belahan dunia, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di tanah Arab, Afrika, Eropa, Asia dan Amerika (Indian) dalam berbagai bentuk keilmuan gaib / perdukunan sesuai pemahaman masyarakatnya masing-masing.
Pada jaman dulu, di tanah Arab, Afrika dan Eropa, ilmu gaib dan ilmu khodam sering disebut sebagai ilmu sihir, tenung dan nujum. Ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu khodam dalam prakteknya memang terbagi dalam 3 kelompok besar keilmuan tersebut. Sedangkan di tempat-tempat lain, ilmu gaib dan ilmu khodam dikonotasikan sebagai ilmu-ilmu perdukunan.
Ilmu Sihir adalah keilmuan gaib yang terkait dengan kegaiban dan perbuatan-perbuatan gaib. Pengertian ilmu sihir bersifat luas dan sebagiannya juga merupakan ilmu tenung dan nujum. Dalam prakteknya ilmu ini biasa digunakan untuk menciptakan kekuatan tubuh dan kesaktian gaib, menggerakkan benda-benda dengan tanpa disentuh, menghipnotis / menguasai pikiran dan tubuh seseorang untuk maksud tertentu, mengelabui penglihatan / pikiran seseorang (ilusi, halusinasi dan halimunan), dan perbuatan-perbuatan ajaib seperti sulap. Ilmu sihir ini sering disebut sebagai ilmu magic, karena berhubungan dengan perbuatan-perbuatan gaib / ajaib di mata umum.
Di dunia Arab dulu, konotasi ilmu sihir adalah untuk tujuan yang tidak baik, sehingga sering disebut ilmu black magic (ilmu sihir jahat), sedangkan di Eropa, selain ada yang digunakan untuk tujuan yang tidak baik (black magic), ada juga ilmu sihir yang digunakan untuk tujuan kebaikan, misalnya untuk menyembuhkan orang sakit, menangkal serangan gaib atau untuk mengusir gangguan roh-roh jahat, sehingga disebut ilmu white magic (ilmu sihir yang baik).
Di Eropa, walaupun ada, tetapi ilmu sihir tidak selalu digunakan terhadap orang lain untuk tujuan negatif. Dalam beberapa hal ilmu sihir juga digunakan sebagai kemampuan ketrampilan untuk pertunjukkan seperti sulap, sehingga ilmu itu disebut ilmu magic (sulap) dan pelakunya disebut magician (pesulap).
Di Eropa, seiring dengan perkembangan peradaban dan agama, banyak pelaku ilmu sihir yang dikucilkan atau dihakimi massa (dibunuh), karena dituduh sebagai orang yang melakukan perbuatan-perbuatan jahat (tenung) terhadap orang lain.
Ilmu Tenung adalah ilmu gaib yang digunakan untuk tujuan negatif, yaitu untuk menguasai pikiran / kesadaran orang lain atau untuk menyakiti / membunuh orang lain dengan cara gaib. Pada masa sekarang ilmu tenung ini sering disebut sebagai ilmu guna-guna, pelet, teluh dan santet. Ilmu tenung ini disebut sebagai ilmu black magic (ilmu sihir jahat).
Dalam ilmu sihir dan ilmu tenung ada kesamaan dalam perbuatan yang dilakukan terhadap seseorang, seperti membuat seseorang tersihir / berhalusinasi, berilusi, terhipnotis / digendam, lupa diri, lupa ingatan, dipelet, dsb. Pada ilmu sihir perbuatan-perbuatan itu dilakukan secara langsung berhadapan dengan si manusia, sedangkan pada ilmu tenung perbuatan-perbuatan itu dilakukan di belakangnya (dilakukan jarak jauh).
Ilmu Nujum adalah ilmu gaib yang digunakan untuk peramalan-peramalan atau untuk terawangan gaib. Dalam prakteknya ilmu ini biasa digunakan untuk meramal masa depan atau meramal kehidupan seseorang, dilakukan dengan cara penglihatan gaib atau dengan menggunakan alat-alat bantu seperti bola kristal, pendulum, kartu bergambar, papan ramalan atau alat-alat seperti dalam permainan jaelangkung. Ilmu itu juga biasa digunakan untuk terawangan, untuk melihat suatu lokasi di tempat yang jauh atau untuk melihat atau mencari keberadaan seseorang di tempat lain.

Sebelum lahirnya agama Islam, di tanah Arab keilmuan gaib sangat membudaya. Selain kondisi moralitas kehidupan manusia jaman itu yang mayoritas rendah sekali (seperti kondisi moralitas masyarakat kota Sodom dan Gomora yang dibinasakan Allah), ilmu sihir atau ilmu gaib juga biasa digunakan di masyarakat untuk tujuan yang tidak baik, semua orang memuja dewa-dewanya sendiri, dan masing-masing bangsa menciptakan sendiri dewa-dewa yang lebih "hebat" daripada dewa-dewa bangsa lain, sehingga kondisi moralitas manusia pada masa itu benar-benar disebut jaman kegelapan.
Keilmuan gaib juga digunakan dalam ketentaraan, salah satunya digunakan untuk membentuk pasukan khusus yang patuh luar biasa kepada tuannya (karena dihipnotis / digendam), tubuhnya kuat dan tidak merasakan sakit ketika dikenai senjata lawan. Ketika kerajaan-kerajaan di Arab menyerang kerajaan lain, ilmu gaib / sihir juga digunakan untuk melumpuhkan kekuatan atau psikologis tentara lawan, sehingga bila satu kerajaan Arab berperang melawan kerajaan Arab yang lain, maka yang terjadi bukan hanya perang ketentaraan, tapi juga perang ilmu gaib.

Ilmu gaib dan khodam dari tanah Arab terkenal sekali sampai ke Eropa dan Afrika, biasa disebut sebagai ilmu sihir, tenung dan nujum. Dan terkenal juga pada masa itu bahwa ilmu gaib Arab hanya bisa dikalahkan oleh kekuatan Tuhan, seperti dalam kisah Nabi Musa yang berhadapan dengan ahli-ahli sihir Firaun Mesir. Pada masa itu tanah Israel sangat terkenal, selain karena daerahnya adalah yang paling subur dibandingkan tanah Arab lain, sehingga menjadi rebutan bangsa-bangsa, batas-batas wilayahnya juga tidak bisa ditembus oleh ilmu sihir Arab. Pada masa itu sangat terkenal bahwa Allah sebagai "Dewa"- nya bangsa Israel adalah kekuatan yang tidak terlawan oleh kekuatan dewa-dewa bangsa manapun, dan terkenal juga bahwa selama bangsa Israel patuh kepada Tuhan dan Nabi-Nabi mereka, kekuatan Allah melindungi bangsa Israel, sehingga tidak ada satu pun kerajaan besar Arab pada masa itu yang dapat menaklukan kerajaan kecil Israel.
Tuhan-nya Israel dipuja oleh banyak bangsa, bukan hanya oleh penganut agama Israel, Nasrani, dan Islam, tetapi juga oleh bangsa-bangsa di Afrika dan Eropa (Yunani / Romawi), yang juga menyediakan kuil khusus untuk menyembahNya dengan menyebutNya sebagai "Dewa yang tidak kami kenal namaNya". Bangsa Israel sebenarnya adalah juga bangsa Arab, karena Nabi Abraham sebagai nenek moyang mereka adalah juga orang Arab. Tetapi setelah Nabi Abraham diperintahkan Allah keluar dari lingkungan keluarga mereka untuk tinggal di tanah Israel sebagai tanah yang dijanjikan Allah untuknya dan untuk keturunannya, keturunan Nabi Abraham membentuk sebuah bangsa baru yang terpisah dari bangsa Arab lain.

Keilmuan gaib dari India dan Hindu hampir sama, tetapi yang dari India lebih luas ragamnya karena berlatar belakang budaya keilmuan yang tidak semuanya berlatar belakang agama Hindu, tapi juga berlatar belakang sama, yaitu kepercayaan kepada dewa-dewa dan mahluk halus lainnya. Tetapi disana kebanyakan ilmu gaib dan khodam bersifat kombinasi dengan tenaga dalam (prana / kundalini), dan kebatinan / spiritual, sehingga kadar kekuatannya jauh lebih tinggi dibandingkan keilmuan dari daerah lain. Mereka juga mengenal gaib-gaib tingkat tinggi, sehingga bisa mempunyai khodam ilmu kelas atas, juga jimat dan pusaka berkesaktian tinggi.
Di negara India dan sekitarnya, yang hingga saat ini masih tetap merupakan wilayah dengan budaya kebatinan dan spiritual nomor 1 tertinggi di dunia, ada banyak ajaran tentang ilmu gaib dan ilmu khodam (penyatuan manusia dengan roh lain sebagai sumber kesaktian). Penyatuan yang paling tinggi antara manusia dengan roh lain adalah berupa penitisan Dewa ke dalam diri seseorang, seperti penitisan Dewa Wisnu ke dalam diri Prabu Kresna (Dewa Wisnu juga pernah menitis ke dalam diri Prabu Airlangga, raja kerajaan Kediri, dan Prabu Siliwangi, raja kerajaan Pajajaran).
Penitisan ini menghasilkan kesaktian dan kewaskitaan yang luar biasa, bahkan sejak si manusia tersebut masih kecil dan belum belajar ilmu kesaktian. Penitisan ini tidak termasuk sebagai ilmu khodam, tetapi dasar kekuatan ilmunya sama, yaitu roh gaib lain. Manusia yang bersangkutan disebut 'Manusia Titisan Dewa'.
Yang berlatar belakang agama Budha kebanyakan bersifat kombinasi tenaga dalam, kebatinan dan spiritual, yang diolah dengan tata cara meditasi seperti yang diajarkan dalam agama Budha. Dalam meditasi mereka, mantra-mantra dibacakan / diwirid dengan bunyi intonasi khusus yang bisa membuka dan mengaktifkan cakra-cakra tubuh. Nada-nada intonasi tersebut juga dapat digunakan untuk menyerang mahluk halus dan menembus pagaran gaib lawan. Keilmuan gaib mereka biasanya tidak ditujukan untuk menyerang atau menyakiti, karena didasarkan pada ajaran cinta kasih Budha, tetapi bersifat menangkal, menenggelamkan / menghapuskan keampuhan ilmu gaib lawan.
Ilmu gaib dan khodam di tanah Jawa (termasuk Sunda) awalnya banyak berdasarkan pada kekuatan kebatinan dan spiritual asli masyarakat setempat, tetapi dalam perkembangannya juga banyak mengadaptasi keilmuan yang berlatar belakang agama Hindu dan Budha sebagai agama masyarakat pada masa itu. Setelah berkembangnya agama Islam di tanah Jawa, muncul banyak keilmuan gaib yang mantranya berbahasa Arab, dan keilmuan asli setempat banyak yang dibelokkan menjadi bernuansa agama Islam (disebut keilmuan Sunda Islam dan Islam kejawen) yang malah menjadikan kekuatan gaibnya menurun karena sugestinya dirubah, menjadi tidak asli lagi seperti saat pertama ilmu itu diciptakan.

Keilmuan gaib Arab bersifat murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam dan variasi ilmunya banyak sekali, tetapi kekuatannya tidak setinggi keilmuan gaib yang asli Jawa atau Sunda atau yang dari India, Hindu atau Budha, karena tidak dilandasi kekuatan kebatinan / spiritual yang tinggi, hanya mengandalkan kekuatan sugesti mantra / amalan gaib. Di Eropa dan Afrika juga banyak digunakan ilmu gaib, tetapi kadar kekuatannya masih di bawah ilmu sihir Arab dan variasi ilmunya tidak sebanyak ilmu sihir Arab.

Kekuatan ilmu gaib yang murni bersifat ilmu gaib, secara rata-rata sama, tetapi pada prakteknya kekuatannya tergantung pada kekuatan sugesti dan kekuatan khodam masing-masing penggunanya. Banyaknya variasi / koleksi ilmu seringkali menjadi ukuran kehebatan keilmuan seseorang dibandingkan orang lain. Kekuatan ilmu gaib yang murni bersifat ilmu gaib (mengandalkan kekuatan sugesti dan khodam) biasanya secara umum kekuatan ilmunya jauh lebih rendah dibandingkan kekuatan ilmu yang didasari kekuatan kebatinan / spiritual, apalagi bila orang itu juga berkhodam.
Di Indonesia, terutama di Jawa, sehubungan dengan penyebaran agama Islam, istilah ilmu sihir, tenung dan nujum sudah disingkirkan dan dianggap sesat, dan digantikan dengan ilmu gaib dan ilmu khodam bernuansa Islam yang dianggap halal (tetapi istilah ilmu gaib dan ilmu khodam pun seringkali ditutup-tutupi karena ada yang menganggap haram, sehingga istilahnya disamarkan dan disamakan dengan ilmu kebatinan rohani / karomah). Penggunaan mahluk halus sebagai khodam ilmu pun dibagi dalam 2 pengertian, yaitu mahluk halus umum (disebut jin kafir) yang dianggap haram penggunaannya dan mahluk halus yang sudah di-Islamkan (jin Islam) yang sering dianggap halal.

Dalam hubungannya dengan budaya Islam di Jawa, aliran keilmuan gaib terbagi dalam 3 aliran besar, yaitu Aliran Kejawen, Aliran Hikmah dan Aliran Islam Kejawen.
Keilmuan gaib dalam Aliran Kejawen masih menggunakan amalan-amalan yang asli berbahasa Jawa, sebagiannya merupakan ilmu-ilmu tua yang masih asli dan diturunkan secara turun-temurun menjadi ilmu keluarga. Namun kadar kekuatannya sudah tidak lagi sekuat ilmu aslinya karena dalam menekuninya tidak lagi berdasarkan kebatinan jawa dan sudah tidak lagi dilakukan cara-cara berat yang sama dengan aslinya dulu, misalnya laku puasanya tidak lagi puasa ngebleng, tetapi hanya puasa biasa saja dari subuh sampai mahgrib atau hanya puasa berpantang makanan tertentu saja.
Keilmuan gaib dalam Aliran Hikmah banyak berkembang di kalangan pesantren dan perguruan-perguruan silat berlatar belakang agama Islam dengan ciri khas doa / amalan ilmu berbahasa Arab (kebanyakan diambil dari ayat-ayat Al-Quran). Keilmuan ini didasarkan pada penghayatan ketuhanan dalam agama Islam.
Keilmuan gaib aliran Islam Kejawen adalah ilmu gaib kejawen yang dilakukan oleh penganut agama Islam, yang dalam prakteknya ilmu gaib kejawen itu sudah ditambahkan dengan basmalah dan kalimat syahadat (supaya terkesan bernuansa agama Islam dan tidak dibilang sesat), yang seringkali menyebabkan kekuatan gaibnya menurun menjadi tinggal sepertiganya saja (karena sugestinya dirubah). Misalnya amalan gaib kejawen yang awalan pembukanya aslinya berbunyi Hong ........ , kemudian diganti dengan Bismillah ........... , atau yang aslinya menyebut Kakang Kawah Adi Ari-ari ........ , kemudian diganti dengan kalimat syahadat.
Dalam hubungannya dengan budaya Islam, terutama di Jawa, ilmu-ilmu gaib, ilmu gaib kejawen dan ilmu-ilmu kebatinan seringkali dikatakan sesat / musryk / syirik, dan dikonotasikan sebagai ilmu-ilmu perdukunan atau disamakan dengan budaya animisme / dinamisme. Di sisi lain, semua keilmuan gaib yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama Islam dianggap sebagai karomah, dan ilmu-ilmu gaib yang menggunakan amalan-amalan bernuansa agama Islam sering disebut sebagai "Ilmu Allah" (namun ada pihak-pihak yang mengkritisi istilah tersebut, apakah ilmu itu diajarkan oleh Allah ?, apakah Allah menggunakan ilmu gaib untuk menciptakan kegaiban ? ).
Ilmu gaib dan berkhodam dalam aliran kejawen dan aliran Islam kejawen, cara mendapatkannya dan dalam penggunaannya banyak yang masih mengikuti budaya lama, yaitu masih harus dilakukan dengan cara berpuasa, menyepi, tirakat, sesaji kembang, tumpengan, dsb. Ilmu gaib dan berkhodam dalam aliran Islam lebih praktis, seringkali hanya perlu puasa ringan dan mewirid amalan gaibnya saja (walaupun harus berjam-jam melakukannya), ada juga yang hanya perlu membaca syahadat saja untuk mendapatkannya dan menggunakan sesaji minyak arab dalam penggunaannya.
Di Arab Saudi, negara kiblat agama Islam, keberadaan ilmu-ilmu gaib sudah tidak kelihatan lagi sehubungan dengan adanya larangan penggunaannya dalam agama mereka, tetapi di negara-negara Arab lain ilmu-ilmu tersebut masih berkembang dan masih banyak digunakan. Justru ilmu-ilmu itulah yang sering dijadikan alat untuk menarik pengikut, sehingga kemudian berkembang suatu pandangan (sampai sekarang), bahwa seorang tokoh agama akan terkenal atau dianggap istimewa (memiliki karomah) jika orang itu menguasai keilmuan gaib atau kesaktian gaib. Jika tidak, maka orang itu akan dianggap biasa saja, tidak ada keistimewaannya.

PERPUSTAKAANKU. Diberdayakan oleh Blogger.