ANDA HANYA MENDAPATKAN YANG SUDAH MENJADI JATAH ANDA
Mengapa demikian ? Karena berbagai Kriyaman Karma anda yang telah berubah menjadi Sanchit Karma (kumpulan karma dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya), akan menjadi Prarabdha pada saat ini yang kemudian menentukan seperti apa kelahiran anda saat ini termasuk rejeki, dan lain sebagainya. Kalau saja kita dapat bernegosiasi dengan Sang Pencipta bagaimana kita harus dilahirkan sesuai dengan keinginan kita, maka kita tentu saja akan memilih hal yang baik-baik saja. Ternyata kontrak hidup dengan Tuhan itu tidak ada. Sebaliknya yang hadir dari waktu ke waktu adalah hukum karma, yang sifatnya abadi, Tuhan ternyata tidak dapat disogok apalagi bernegosiasi. Sesuai dengan prarabdha kita, maka lahirlah kita pada saat ini mungkin sebagai seorang yang jenius, yang kaya raya, sebagai seorang barat, sebagai lelaki atau perempuan atau bahkan banci, miskin dan hina-dina atau cacat, sakit-sakitan dst. tanpa dapat diatur bagaimana dan seperti apakah jalan kehidupan kelak. Semua ini tergantung akan hutang-hutang karma yang harus dibayar oleh kita atau dikaruniakan kepada kita oleh-Nya. Secara alami dan sistematis semua akan didapatkan atau menghilang dari kita. Ada saatnya kita telah berjuang mati-matian untuk sesuatu namun akhirnya semua itu sia-sia saja, adakalanya kita pasrah total dan berhenti berjuang, bahkan tidak berusaha sedikitpun, namun pahala baik berdatangan bertubi-tubi.
Semua ini adalah jatah atau bagian dari kumpulan berbagai karma-karma kita di masa-masa yang lalu. Yang datang ke kita dalam bentuk apapun juga adalah hak kita, sebaliknya yang tidak kita dapatkan atau hilang dari kita bukanlah hak kita, walaupun secara duniawi adalah milik kita secara resmi.
Telitilah diri anda dan kehidupan insan lain di sekitar kita, apa betul demikian adanya ataukah Tuhan itu tidak adil pada kita ? Kepercayaan di dalam masyarakat Hindhu Dharma menyatakan bahwasanya, pada hari keenam kelahiran seorang bayi, maka dewi suratan nasib (disebut Dewi Widhata atau Widharta) akan datang mengunjungi sang bayi di malam hari tersebut. Biasanya orang tua bayi ini akan meletakkan masing-masing selembar kertas merah, putih dan kuning di samping sang bayi agar Dewi Widharta sudi menulis nasib dan peruntungan sang jabang bayi ini. Tidak seorangpun yang mampu melihat sang dewi ini apalagi membaca siratannya, namun semua orang percaya yang akan dialami sang bayi kelak tidak akan lebih maupun kurang dari yang tersurat, sang dewi ternyata tidak dapat dipengaruhi maupun disuap.
Ada sebuah lelucon yang pantas kita pelajari. Pada suatu hari seorang pejabat kaya raya melahirkan seorang putra. Iapun mengundang seorang astrolog yang amat piawai untuk meramal nasib anaknya. Menurut sang astrolog putra tersebut pada saat menjadi dewasa akan dikelilingi oleh mobil-mobil sepanjang hari. Tentu saja sang ayah memberikan berbagai sumbangan yang mewah kepada sang astrolog dan selanjutnya memanjakan anaknya selama hidupnya, namun prarabdha ternyata berdampak lain. Sewaktu dewasa anak ini ternyata menjadi juru parkir di sebuah kota besar. Jadi banyak sekali mobil-mobil di sekitarnya, namun bukan miliknya.
Mengapa demikian ? Karena berbagai Kriyaman Karma anda yang telah berubah menjadi Sanchit Karma (kumpulan karma dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya), akan menjadi Prarabdha pada saat ini yang kemudian menentukan seperti apa kelahiran anda saat ini termasuk rejeki, dan lain sebagainya. Kalau saja kita dapat bernegosiasi dengan Sang Pencipta bagaimana kita harus dilahirkan sesuai dengan keinginan kita, maka kita tentu saja akan memilih hal yang baik-baik saja. Ternyata kontrak hidup dengan Tuhan itu tidak ada. Sebaliknya yang hadir dari waktu ke waktu adalah hukum karma, yang sifatnya abadi, Tuhan ternyata tidak dapat disogok apalagi bernegosiasi. Sesuai dengan prarabdha kita, maka lahirlah kita pada saat ini mungkin sebagai seorang yang jenius, yang kaya raya, sebagai seorang barat, sebagai lelaki atau perempuan atau bahkan banci, miskin dan hina-dina atau cacat, sakit-sakitan dst. tanpa dapat diatur bagaimana dan seperti apakah jalan kehidupan kelak. Semua ini tergantung akan hutang-hutang karma yang harus dibayar oleh kita atau dikaruniakan kepada kita oleh-Nya. Secara alami dan sistematis semua akan didapatkan atau menghilang dari kita. Ada saatnya kita telah berjuang mati-matian untuk sesuatu namun akhirnya semua itu sia-sia saja, adakalanya kita pasrah total dan berhenti berjuang, bahkan tidak berusaha sedikitpun, namun pahala baik berdatangan bertubi-tubi.
Semua ini adalah jatah atau bagian dari kumpulan berbagai karma-karma kita di masa-masa yang lalu. Yang datang ke kita dalam bentuk apapun juga adalah hak kita, sebaliknya yang tidak kita dapatkan atau hilang dari kita bukanlah hak kita, walaupun secara duniawi adalah milik kita secara resmi.
Telitilah diri anda dan kehidupan insan lain di sekitar kita, apa betul demikian adanya ataukah Tuhan itu tidak adil pada kita ? Kepercayaan di dalam masyarakat Hindhu Dharma menyatakan bahwasanya, pada hari keenam kelahiran seorang bayi, maka dewi suratan nasib (disebut Dewi Widhata atau Widharta) akan datang mengunjungi sang bayi di malam hari tersebut. Biasanya orang tua bayi ini akan meletakkan masing-masing selembar kertas merah, putih dan kuning di samping sang bayi agar Dewi Widharta sudi menulis nasib dan peruntungan sang jabang bayi ini. Tidak seorangpun yang mampu melihat sang dewi ini apalagi membaca siratannya, namun semua orang percaya yang akan dialami sang bayi kelak tidak akan lebih maupun kurang dari yang tersurat, sang dewi ternyata tidak dapat dipengaruhi maupun disuap.
Ada sebuah lelucon yang pantas kita pelajari. Pada suatu hari seorang pejabat kaya raya melahirkan seorang putra. Iapun mengundang seorang astrolog yang amat piawai untuk meramal nasib anaknya. Menurut sang astrolog putra tersebut pada saat menjadi dewasa akan dikelilingi oleh mobil-mobil sepanjang hari. Tentu saja sang ayah memberikan berbagai sumbangan yang mewah kepada sang astrolog dan selanjutnya memanjakan anaknya selama hidupnya, namun prarabdha ternyata berdampak lain. Sewaktu dewasa anak ini ternyata menjadi juru parkir di sebuah kota besar. Jadi banyak sekali mobil-mobil di sekitarnya, namun bukan miliknya.
Posting Komentar